MAKALAH KENAKALAN REMAJA

BAB I. PENDAHULLUAN
1. Sumber materi
1. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (2001).
2. Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &
3. Istiwidayanti. Jakarta.
4. Kozier, B (1991). Fundamental of Nursing : Concept, Process, and Practice.
5. Fourth Edition. California : Addison-Wesley Publishing Company.
6. Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
7. Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. B v
8. BKKBN. 2001. Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN
9. Dep. Kesehatan RI. 1997. AIDS di Tempat Kerja. Jakarta
10. UNESCO and UNAIDS. 2002. HIV/AIDS and Education: A Too/kit for
11. Ministries of Education4
2. Batasan masalah
Begitu banyak materi yang seharusnya dibahas dalam makalah ini terutama yang berkaitan dengan tema yang saya angkat yaitu tentang kenakalan remaja. Oleh karena itu saya membatasinya agar pembahasannya searah dan mudah dipahami. Materi yang dibahas dalam makalah ini diantaranya :
 Pengertian remaja
 Dimensi kehidupan remaja
 Remaja dan rokok
 Penyimpangan seks pada remaja
 Remaja dan penyalahgunaan minuman keras dan narkoba

3. Tujuan
1) memenuhi tugas semester, mata pelajaran Bahasa dan Sasatra Indonesia
2) mentarasformasikan kepada Guru dan teman-teman tentang kenakalan remaja

4. Manfaat
1) Mengetahui khususnya para remaja tentang kebutuhan dan sumber-sumber kenakalan yang terjadi pada diri mereka.
2) Ikut serta program pemerintah dalam menyadarkan remaja khusus akan tindakan-tindakan yang dianggap menyimpang seperti mabuk, narkoba dan sek bebas.

5. Sistematika penulisan
KATA PENGANTSR
DAPTSAR ISI
BAB I. PENDAHULLUAN
1. Kata pengantar
2. Sumber materi
3. Batasan masalah
4. Tujuan
5. Manfaat
6. Sistematika penulisan
BAB II. PEMBAHASAN
1. Pengertian remaja
2. Dimensi Kehidupan Remaja
a. Dimensi Kognitif
b. Dimensi Moral
c. Dimensi Psikologis

3. Remaja dan Rokok
4. Penyimpangan seks pada remaja
5. remaja dan penyalahgunaan minuman keras dan narkoba
6. Menangani masalah yang terjadi pada remaja
7. Remaja dan perilaku hidup sehat

BAB III. PENUTUP
1. Saran
2. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PHOTO

BAB II. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN REMAJA
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan social. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi sesuai sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah atau sedang mengalami pubertas, namun tidak berarti ia sudah bias dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensinya.

2. DIMENSI KEHIDUPAN REMAJA
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone itu adalah dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan system pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku, akan membuat seorang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.

d. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini suasana hati bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari suasana hati “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan yang drastis pada para remaja ini, seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski suasana hati remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka. Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan. Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jatidiri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”, berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para idolanya untuk menyelesaikan masalah seperti itu.
Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya, aktivitas sosial yang berganti – ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung. Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.

3. REMAJA DAN ROKOK
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan, untuk menghilangkan kekecewaan, dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma. Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.

Penyebab Remaja Merokok
1. Pengaruh 0rangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia
2. Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.
4. Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).

4. PENYIMPANGAN SEKS PADA REMAJA
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak “kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi anak mama. “Banyak teman maka banyak pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remajaadalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS

1. Data dan Fakta HIV/AIDS
Dilihat dari jumlah pengidap dan peningkatan jumlahnya dari waktu ke waktu, maka dewasa ini HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) sudah dapat dianggap sebagai ancaman hidup bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 – 19 berjumlah 151 orang (4,14%), 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda. Dari data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal karena AIDS secara umum adalah 394 orang (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM & PL, Depkes R.I.). Diperkirakan setiap hari ada 8.219 orang di dunia yang meninggal karena AIDS, sedangkan di kawasan Asia Pacific mencapai angka1.192orang. Data dan fakta tersebut belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya, melainkan hanya merupakan “puncak gunung es”, artinya, yang kelihatan atau dilaporkan hanya sedikit, sementara yang tidak kelihatan atau tidak dilaporkan jumlahnya berkali-kali lipat. Para ahli memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya bisa 100 kali lipat.

2. Remaja dan HIV/AIDS
Penularan virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remaja dan kaum muda. Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, yaitu sebanyak 2.112(58%) kasus. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah usia 18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks. Cara penularan lainnya adalah melalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba, yaitu sebesar 815 (22,3%) kasus dan melalui transfusi darah 4 (0,10%) kasus). FKUl-RSCM melaporkan bahwa lebih dari 75% kasus infeksi HIV di kalangan remaja terjadi di kalangan pengguna narkotika. Jumlah ini merupakan kenaikan menyolok dibanding beberapa tahun yang lalu.
Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah

1) Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain, sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
2) Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
3) Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media cetak atau elektronik.
4) Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
5) Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat.
6) Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS.
7) Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan reproduksi dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja yang terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol.

3. Apa sih HIV dan AIDS itu?
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Merupakan virus penyebab AIDS yang melemahka sistem kekebalan tubuh. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan kumpulan dari beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV sehingga orang yang telah terinfeksi HIV mudah diserang berbagai penyakit yang bisa mengancam hidupnya

4. Perjalanan Infeksi HIV
HIV menular melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian, jarum suntik bekas pakai, jarum suntik yang tidak steril, melakukan hubungan seks berganti – ganti pasangan, atau proses penularan dari ibu ke bayi melalui proses : hamil, melahirkan, dan menyusui. Setelah masuk dan menginfeksi manusia selama 2 minggu sampai 6 bulan ( 3 bulan pada 95% kasus) merupakan masa antara masuknya HIV ke dalam tubuh sampai terbentuknya antibody (penangkal penyakit) terhadap HIV atau disebut juga HIV Positif. Pada fase ini HIV sudah dapat ditularkan kepada orang lain walaupun hasil tes masih negatif. Fase ini disebut fase jendela. Setelah melalaui fase jendela. Selama 3 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV, Seseorang yang telah mengidap HIV Positif tidak akanmenampakkan gejala, tampak sehat, dan dapat beraktifitas seperti biasa. Baru setelah 1- 2 tahun kemudian mulai timbul infeksi opportunistik ( penyakit lain yang muncul karena sistem kekebalan tubuh menurun). Obat ARV ( Anti Retro Viral ) yang diminum pada fase ini dapat menekan pertumbuhan HIV. Akan tetapi obat ini tidak dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh.

5. HIV tidak menular melalui
1. Gigitan nyamuk atau serangga lain
2. Keringat, Sentuhan, Pelukan, ataupun Ciuman
3. Berenang bersama
4. Terpapar batuk atau bersin
5. Berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama
6. Memakai toilet bergantian

6. Mengetahui Status HIV
Status HIV hanya dapat diketahui melalui Konseling dan Testing HIV Sukarela
•Testing HIV merupakan pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium disertai konseling pre dan pasca testing HIV
•Konseling dan Testing HIV Sukarela dilakukan dengan prinsip tanpa paksaan, rahasia, tidak membeda-bedakan serta terjamin kualitasnya
•Manfaat Konseling dan Testing HIV Sukarela :
– Mendapat informasi, pelayanan, dan perawatan sesuai kebutuhan masing-masing sedini mungkin
– Dukungan untuk perubahan perilaku yang lebih sehat dan aman dari penularan HIV

7. Sudah adakah Obat untuk HIV?
 Obat ARV (Anti Retro Viral) dapat mengendalikan pertumbuhan jumlah HIV dan meningkatkan daya tahan tubuh untuk memperpanjang usia hidup ODHA ( Orang dengan HIV dan AIDS)
 Obat ARV tidak dapat menyembuhkan Odha karena tidak bias menghilangkan HIV dalam tubuh
 Odha harus minum obat ARV secara rutin pada jam tertentu setiap hari dan seumur hidup
 Sejak tahun 2007 terdapat 75 rumah sakit rujukan bagi Odha diseluruh Indonesia yang menyediakan obat ARV.

5. REMAJA DAN PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS DAN NARKOBA
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 – 2003 adalah 20.301 orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun

1. Definisi dan Macam – Macam Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi ) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
•Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
•Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang- Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
•Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti: Alkohol.

2. Apakah Alkohol itu?
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang populer : minuman keras (miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll. Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras yang biasa
disebut dengan spirit (35 – 55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30 – 90 menit setelah diminum.

Dari beberapa penelitian alkohol dapat menyebabkan :
• Kecelakaan lalu lintas
• Luka bakar
• Kasus penganiayaan anak
• Bunuh diri
• Kecelakaan kerja
Di Indonesia penjualan minuman beralkohol dibatasi dan yang boleh membeli adalah mereka yang telah berumur 21 tahun beberapa etnik di Indonesia menggunakan minuman beralkohol pada acara tertentu dalam jumlah yang sedikit. Mereka juga memproduksi minuman beralkohol dengan nama yang bermacam-macam misalnya : tuak, minuman cap tikus, ciu dll.

3. Pengaruh Terhadap Tubuh (Fisik dan Mental)
Pengaruh alkohol terhadap tubuh berfariasi, tergantung pada beberapa faktor yaitu :
• Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi.
• Usia, berat badan, dan jenis kelamin.
• Makanan yang ada di dalam lambung.
• Pengalaman seseorang minum – minuman beralkohol.
• Situasi dimana orang minum – minuman beralkohol.

4. Pengaruh Jangka Pendek
Walaupun pengaruh terhadap individu berbeda – beda, terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol Concentration – BAC) dan efeknya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah. Sayangnya orang banyak beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi lebih baik dan mereka mengabaikan efek buruknya.

5. Pengaruh Jangka Panjang
Mengkonsumsi alkohol berlebiha dalam jangka panjang dapat menyebabkan :
• Kerusakan jantung.
• Tekanan Darah Tinggi..
• Stroke.
• Kerusakan hati.
• Kanker saluran pencernaan.
• Gangguan pencernaan lainnya (misalnya tukak lambung).
• Impotensi dan berkurangnya kesuburan.
• Meningkatnya resiko terkena kanker payudara.
• Kesulitan tidurKerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana perasaan.
• Sulit dalam mengingat dan berkonsentrasi Sebagai tambahan terhadap masalah kesehatan.

6. Resiko Intoksikasi (mabuk)
Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah mabuk, teler sehingga dapat menyebabkan cedera dan kematian. Penurunan kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat demikian juga henti nafas dan kematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol dapat menyebabkan hilangny produktifitas kerja (misalnya ”teler, kecelakaan akibat ngebut). Sebagai tambahan, alkohol dapat menyebabkan perilaku kriminal. 70 % dari narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40 % kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.

7. Pengaruh Alkohol Pada Perilaku
Konsentrasi alkohol dalam darah
Pengaruh yang ditimbulkan Perasaan
segar (well –being)
Sampai dengan 0.50 g% •Banyak bicara
•Santai.
•Lebih percaya diri.
•Banyak bicara.
•Bertindak dan lebih merasa percaya diri.
•Berkurangnya kemampuan untuk berfikir dan bergerak.
•Berkurangnya rasa malu Risiko sedang 0.08 – 0.15 g %.
•Bicara cadel.
•Berkurangnya keseimbangan dan koordinasi tubuh.
•Refleks menjadi lambat.
•Penglihatan kabur.
•Emosi yang labil.
•Mual, muntah – muntah Risiko tinggi 0.15 – 0.30 g %.
•Tidak dapat berjalan tanpa bantuan.
•Apatis, mengantuk.
•Kesulitan bernafas.
•Tidak dapat mengingat beberapa kejadian.
•Tidak dapat mengendalikan buang air kecil.
•Kemungkinan kehilangan kesadaran.
•Koma.
•Kematian.

8. Toleransi dan Ketergantungan
Pengguna alkohol yang terus menerus dapat mengalami toleransi dan ketergantungan. Toleransi adalah peningkatan penggunaan alkohol dari jumlah yang kecil menjadi lebih besar untuk mendapatkan pengaruh yang sama. Sedangkan ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol menjadi bagian yang penting dalam kehidupannya, banyak waktu yang terbuang karena memikirkan (cara mendapatkan, mengkonsumsi dan bagaimana cara berhenti). Pengguna alkohol akan mengalami kesulitan bagaimana cara menghentikan atau mengendalikan jumlah alkohol yang dikonsumsi.

9. Gejala Putus Alkohol
Seseorang yang mengalami ketergantungan secara fisik terhadap alkohol akan mengalami gejala putus alkohol apabila menghentikan atau mengurangi penggunaannya. Gejala biasanya terjadi mulai 6 – 24 jam setelah minum yang terakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari, diantaranya adalah :
•Gemetar
•Mual
•Cemas
•Depresi
•Berkeringat yang banyak
•Nyeri kepala
•Sulit tidur (berlangsung beberapa minggu)
Gejala putus alkohol sangat berbahaya. Orang yang minum lebih dari 8 standar minum perhari dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter (sebelum memutuskan untuk berhenti minum) untuk mendapatkan terapi medis guna mencegah komplikasi

10. Sedangkan berdasarkan efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga:
1. Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bias membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bias mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang popular sekarang adalah Putaw.
2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.
3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.

11. Penyalahgunaan Narkoba
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi karena berbagai alasan – mulai dari keinginan untuk dicoba – coba, ikut trend/gaya, lambing status social, ingin melupakan persoalan dll – maka narkoba kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan atau dependensi yang disebut juga dengan kecanduan. Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut: 1) coba-coba; 2) senang-senang; 3) menggunakan pada saat atau keadaan tertentu; 4) penyalahgunaan; 5) ketergantungan.

12. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.

1. Dampak Fisik:
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

2. Dampak Pisikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3. Dampak Sosiai:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

13. Bahaya Narkoba Bagi Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlahpengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja. Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.

6. MENANGANI MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJA
Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll. Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain : Peran Orangtua :
•Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
•Membekali anak dengan dasar moral dan agama
•Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
•Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
•Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
•Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
•Hindarkan anak dari NAPZA
Peran Guru :
•Bersahabat dengan siswa
•Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
•Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
•Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
•Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
•Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
•Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
•Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
•Mewaspadai adanya provokator
•Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
•Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang
secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial
•Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
Peran Pemerintah dan masyarakat :
•Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
•Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak
melalui olahraga dan bermain
•Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
•Memberikan keteladanan
•Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya
secara tegas
•Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
Peran Media :
•Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
•Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
•Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas
biaya khusus untuk remaja

7. REMAJA DAN PERILAKU HIDUP SEHAT
Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja:
1. Mengerti tujuan hidup
2. Memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan
kematangannya.
3. Bergaul dengan bijaksana
4. Terus menerus memperbaiki diri
Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fisik 35%
2. Intelektual 20%
3. Emosional 30%
4. Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya berkembang tidak sama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja. Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri, orang lain serta hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina? Kadangkadang\ ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai orang tua, teman.
Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:
1. Otoriter ——- demokratis
2. Tertutup ——- terbuka
3. Formal ——- informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan “dalam perjalanan menuju” Sehingga dapat
dilihat segalanya masih dalam proses dan tidak berada dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa.
“Dalam perjalanan menuju” ini yang menonjol adalah:
1. Fisik yang kuat
2. Emosi yang cepat tersinggung
3. Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang
4. Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadang saja dipakai Dan “Dalam perjalanan menuju” yang paling penting diketahui oleh remaja adalahbagaimana remaja dapat berproses :
1. Menuju fisik yang ideal
2. Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh
3. Menuju cara berfikir dewasa
4. Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat tatakrama

BAB III. PENUTUP
1. Kesimpulan
PENGERTIAN REMAJA
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah.
DIMENSI KEHIDUPAN REMAJA
a. Dimensi Biologis
1) Follicle Stimulating Hormone (FSH);
2). Luteinizing Hormone (LH)
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka

d. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini suasana hati bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari suasana hati “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan yang drastis pada para remaja ini, seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski suasana hati remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

REMAJA DAN ROKOK
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan, untuk menghilangkan kekecewaan, dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma. Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.

Penyebab Remaja Merokok
Pengaruh 0rangtua
Pengaruh teman.
Faktor Kepribadian
Pengaruh Iklan

PENYIMPANGAN SEKS PADA REMAJA
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak “kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi anak mama. “Banyak teman maka banyak pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Dilihat dari jumlah pengidap dan peningkatan jumlahnya dari waktu ke waktu, maka dewasa ini HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) sudah dapat dianggap sebagai ancaman hidup bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan sampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647 orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah tersebut, kelompok usia 15 – 19 berjumlah 151 orang (4,14%), 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%).

REMAJA DAN PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS DAN NARKOBA
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang populer : minuman keras (miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll. Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan minuman keras yang biasa
disebut dengan spirit (35 – 55% alkohol). Konsentrasi alkohol dalam darah dicapai dalam 30 – 90 menit setelah diminum.

Dari beberapa penelitian alkohol dapat menyebabkan :
• Kecelakaan lalu lintas
• Luka bakar
• Kasus penganiayaan anak
• Bunuh diri
• Kecelakaan kerja
MENANGANI MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJ
Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
•Membekali anak dengan dasar moral dan agama
•Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
•Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
•Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
•Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
•Hindarkan anak dari NAPZA
Peran Guru :
•Bersahabat dengan siswa
•Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
•Memberikan keleluasaan siswa
Peran Orangtua
ekstrakurikuler
•Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
•Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
•Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
•Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
•Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek
setempat
•Mewaspadai adanya provokator
•Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
•Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang
secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial
•Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
Peran Pemerintah dan masyarakat :
•Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
•Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak
melalui olahraga dan bermain
•Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
•Memberikan keteladanan
•Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya
secara tegas
•Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
Peran Media :
•Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
•Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
•Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas
biaya khusus untuk remaja

REMAJA DAN PERILAKU HIDUP SEHAT
Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja:
1. Mengerti tujuan hidup
2. Memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan
kematangannya.
3. Bergaul dengan bijaksana
4. Terus menerus memperbaiki diri
Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fisik 35%
2. Intelektual 20%
3. Emosional 30%
4. Spiritual 15%

BAB III. PENUTUP
1. Saran
Kenakalan remaja itu timbul dari sebuah perasaan yang merasa tidak diakui, baik oleh keluarga, sekolah ataupun teman.

2. Penutup
Tak ada gading yang tak retak begitu dengan makalah yang saya buat masih jauh dari sempurna, tapi tak kecil harapan semoga makalah yang saya buat ini dapat diterima khususnya Ibu Rini sebagai pembingbing mata pelajaran bahasa indonesia kelas III AK3 . dan semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (2001).
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti. Jakarta.
Kozier, B (1991). Fundamental of Nursing : Concept, Process, and Practice.
Fourth Edition. California : Addison-Wesley Publishing Company.
Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. B v
BKKBN. 2001. Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN
Dep. Kesehatan RI. 1997. AIDS di Tempat Kerja. Jakarta
UNESCO and UNAIDS. 2002. HIV/AIDS and Education: A Too/kit for
Ministries of Education4

LAMPIRAN PHOTO

Dipublikasi di PAI | Meninggalkan komentar

MAKALAH AKSIOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai bagian dari filsafat, aksiologi secara formal baru muncul pada sekitar abad ke-19. Aksiologi mempunyai kaitan dengan axia yang berarti nilai atau berharga. Menurut Mautner (dalam Wiramihardja, 2006: 155), aksiologi mulai digunakan sebagaimana adanya saat ini oleh Lotze, Brentano, Husserl Scheeler dan Nicolai Hartmann. Dalam filsafat Yunani kuno, tema aksiologi lebih banyak berhubungan dengan masalah-masalah yang konkret, seperti api, udara dan air. Masalah nilai ini meliputi dua hal penting yaitu ada (being) dan nilai (value).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
B. Dilema Moral dan Perkembangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu tidak saja menjelaskan gejala-gejala alam untuk pengertian dan pemahaman. Namun lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi factor-faktor yang terkait dalam gejal;a tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Misal, ilmu mengembangkan teknologi untuk mencegah banjir. Bertrand Russell menyebut perkembangan ini sebagi peralihan ilmu dari tahap kontemplasi ke manipulasi. Dalam tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul kembali namun dalam kaitan dengan factor lain. Kalau dalam tahap kontemplasi masalah moral bersangkutan dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi ini berkaitan dengan masalah cara penggunaan pengetahuan ilmiah atau secara filsafat dapat dikatakan, dalam tahap pengmbangan konsep terdapat masalah moral yang di tinjau dari segi ontology keilmuan sedangkan dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan.
Peradaban manusia bergerak seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berkat kedua hal tersebut, pemenuhan kebutuhan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. Namun, terdapat sisi buruk dari imu yaitu sejak dalam tahap pertama pertumbuhannnya ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan menguasai mereka. Mendapatkan otonomi yang terbebas dari segenap nilai yang bersifat dogmatik maka dengan leluasa ilmu dapat mengembangkan dirinya. Konsep ilmiah yang bersifat abstrak menjelma dalam bentuk konkret yang berupa teknologi. Ilmu tidak saja bertujuan untuk menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman tetapi bertujuan untuk memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi.
Dihadapkan pada masalah moral maka ilmuwan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan pertama dan golongan kedua. Golongan pertama yaitu golongan yang menginginkan agar ilmu harus netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya. Adapun golongan kedua merupakan golongan yang berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan penggunaannya, bahkan pemilihan obyek penelitian, maka kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral. Golongan pertama ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu seperti pada saat era Galileo, sedangkan golongan kedua berusaha menyesuaikan kenetralan ilmu berdasarkan perkembangan ilmu dan masyarakat. Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal: ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua Perang Dunia yang mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan,
ilmu telah berkembang dengan pesat sehingga ilmuwan lebih mengetahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi penyalahgunaan ilmu telah berkembang,dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki, seperti kasus revolusi genetika.
C. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
Etika keilmuan merupakan etika normatik yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan etika keilmuan adalah agar seorang ilmuan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang baik dan menghindarkan dari yang buruk kedalam perilaku keilmuannya, sehingga ia dapat menjadi ilmuan yang mempertanggungjawabkan keilmuannya. Etika normative menetapkan kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuataan-perbuatan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi serta menetapkan apa yang bertentangan apa yang seharusnya terjadi.
Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan adalah nilai dan norma moral. Bagi seorang ilmuan nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadi penentu, apakah ia sudah menjadi ilmuan yang baik atau belum.
Tugas seorang ilmuan harus menjelaskan hasil penelitiannya sejernih mungkin atas dasar rasionalitas dan metidologis yang tepat agar dapat dipergunakan oleh masyarakat.
Di bidang etika tangguna jawab seorang ilmuan adalah bersifat objektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan berani mengakui kasalahan.
D. Teori dan Penerapan
Kattsoff (2004: 323) menyatakan bahwa pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara yaitu:
• Subyektivitas yatu nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung dari pengalaman.
• Obyektivisme logis yaitu nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.
• Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun kenyataan.
Situasi nilai meliputi empat hal yaitu pertama, segi pragmatis yang merupakan suatu subyek yang memberi nilai. Kedua, segi semantis yang merupakan suatu obyek yang diberi nilai. Ketiga, suatu perbuatan penilaian. Keempat, nilai ditambah perbuatan penilaian.
Nilai mempunyai bermacam makna seperti: mengandung nilai, yang artinya berguna merupakan nilai, yang artinya baik, benar atau indah
mempunyai nilai yang artinya merupakan obyek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap menyetujui atau mempunyai sifat nilai tertentu memberi nilai, yang artinya menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu
Makna yang dikandung nilai tersebut menimbulkan tiga masalah yang bersifat umum, seperti: apakah yang dinamakan nilai itu? apakah yang menyebabkan bahwa suatu obyek atau perbuatan bernilai, dan bagaimanakah cara mengetahui nilai dapat diterapkan?
Nilai merupakan Kualitas Empiris yang Tidak Dapat Didefinisikan
Kualitas merupakan sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek atau suatu segi dari barang sesuatu yang merupakan bagian dari barang tersebut dan dapat membantu melukiskannya. Adapun kualitas empiris didefinisikan sebagai kualitas yang diketahui atau dapat diketahui melalui pengalaman. Sebagai contoh pengertian baik, artinya pengertian nilai. Moore (dalam Kattsoff, 2004: 325) mengatakan bahwa baik merupakan pengertian yang bersahaja, namun tidak dapat diterangkan apakah baik itu. Pendefinisisan nilai juga didasarkan pada hal-hal lain, seperti rasa nikmat atau kepentingan. Moore menyebutnya sesat-pikir naturalistis. Nilai tidak dapat didefinisikan maksudnya nilai-nilai tidak dapat dipersamakan dengan pengertian-pengertian yang setara. Nilai dapat didefinisikan dengan cara-cara lain, seperti dengan menunjukkan contohnya sehingga dapat diketahui secara langsung. Jika nilai merupakan suatu kualitas obyek atau perbuatan tertentu, maka obyek dan perbuatan tersebut dapat didefinisikan berdasarkan atas nilai-nilai, tetapi tidak dapat sebaliknya. Kenyataan bahwa nilai tidak dapat didefinisikan tidak berarti nilai tidak bisa dipahami.
Nilai sebagai Obyek Suatu Kepentingan
Seringkali orang tidak sepakat mengenai suatu nilai walapun nilai tersebut sudah jelas. Apabila seseorang mempertimbangkan tanggapan-tanggapan penilaian yang lain yang dibuatnya mengenai barang sesuatu atau tindakan maka pasti akan dijumpai semacam keadaan, perangkat, sikap atau kecenderungan untuk setuju atau menentang. Dalam hal ini tersedia tiga kemungkinan pilihan yaitu: sikap setuju atau menentang tersebut sama sekali bersangkut paut dengan masalah nilai sikap tersebut bersangkutan dengan sesuatu yang tidak hakiki sikap tersebut merupakan sumber pertama serta ciri yang tetap dari segenap nilai. Kemungkinan pertama sudah jelas. Kemungkinan kedua berarti bahwa, misalkan sikap tersebut ditimbulkan oleh suatu kualitas nilai tetapi bukan merupakan bagian dari hakekatnya. Kemungkinan ketiga berarti bahwa apabila seseorang mengatakan x bernilai maka dalam arti yang sama dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut mempunyai kepentingan terhadap x. Sikap setuju atau menentang oleh Perry (dalam Kattsoff, 2004: 329) disebut kepentingan. Perry juga berpendapat bahwa setiap obyek yang ada dalam kenyataan maupun pikiran, setiap perbuatan yang dilakukan maupun yang dipikirkan, dapat memperoleh nilai jika berhubungan dengan subyek-subyek yang mempunyai kepentingan.
Teori Pragmatis Mengenai Nilai
Dewey (dalam Kattsoff, 2004: 332) menyatakan bahwa nilai bukanlah sesuatu yang dicari untuk ditemukan. Nilai bukanlah suatu kata benda atau kata sifat. Masalah nilai berpusat pada perbuatan memberi nilai. Dalam Theory of Valuation, Dewey mengatakan bahwa pemberian nilai menyangkut perasaan dan keinginan. Pemberian nilai juga menyangkut tindakan akal untuk menghubungkan sarana dan tujuan.
Dengan kata lain, pemberian nilai berkaitan dengan bahan-bahan faktual yang tersedia dan berdasarkan bahan-bahan tersebut, perbuatan-perbuatan dan obyek-obyek dapat dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang terbayang. Dapat disimpulkan bahwa pemberian nilai adalah ketentuan-ketentuan penggunaan berkaitan dengan kegiatan manusia melalui generalisasi-generalisasi ilmiah sebagai sarana mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.
Nilai sebagai Esensi
Apabila nilai sudah sejak semula terdapat di segenap kenyataan, dapat dikatakan bahwa tidaklah terdapat perbedaan antara apa yang ada (eksistensi) dengan apa yang seharusnya ada. Yang sungguh-sungguh ada yaitu apa yang ada kini dengan yang mungkin ada (apa yang akan ada). Jika nilai bersifat intrinsik, maka nilai apa yang akan ada merupakan kelanjutan belaka dari apa yang seharusnya ada. Apabila nilai merupakan ciri intrnsik semua hal yang bereksistensi maka dunia ini merupakan dunia yang baik, kerena di dalamnya tidak mungkin terdapat keadaan tanpa nilai. Dengan demikian maka masalah adanya keburukan di dunia terhapus karena memperoleh pengingkaran.
Sesungguhnya nilai-nilai ada dalam kenyataan, namun tidak bereksistensi. Berhubung dengan itu, nilai-nilai tersebut haruslah merupakan esensi-esensi yang terkandung dalam barang sesuatu serta perbuatan-perbuatan. Pandangan ini erat hubungannya dengan pandangan Plato dan Aristoteles (Kattsoff, 2004: 337) mengenai forma-forma. Sebagai esensi, nilai tidak bereksistensi, namun ada dalam kenyataan. Nilai-nilai mendasari sesuatu dan bersifat tetap.
E. Ilmu, nilai dan keadaan bebas nilai
Pada zaman dulu pengadilan inkuisisi Galileo selam kurang lebih 2’5 Abad mempengaruhi proses perkembangan berfikfir di Eropa, yang pada dasarnya mencerminkan pertarungan antara ilmu yang ingin terbebas dari nila-nilai diluar bidang keilmuan dan ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan yang ingin menjadikan nilai-nilai sebagai penafsiran metafisik keilmuan.
Dalam kurun ini para ilmuan berjuang untuk menegakan ilmu yang berdasarkan penafsiran alam sebagaimana adanya semboyan ilmu yang bebas nilai setelah pertarungan kuranglebih 250 tahun, maka para ilmuan mendapatkan kemenangan. Setelah saat itu ilmu memperoleh otonomi dalam melakukan penelitiannya dalam rangka mempelajari alam sebagaimana adanya. Konflik seperti inipun terjadi terhadap ilmu-ilmu social dimana berbagai ideology mencoba mempengaruhi metafisik keilmuan.
Kejadian ini sering terulang kembali dimana sebagian metafisik keilmuan dipergunakan dari ajaran moral yang terkandung dalam ideology tertentu bukan seperti yang dituntut hakikat keilmuan. Mendapatkan otonomi terbebas dari segenap nilai yang bersifat dogamatik ini, maka dengan leluasa ilmu dapat mengembangkan dirinya. Pengembangan konsepsional yang bersifat kontemplatif kemudian disusul dengan penerapan konsep-konsep ilmiah pada masalah-masalah praktis. Sehingga konsep ilmiah yang bersifat abstrak dapat berwujud konkrit yang berupa teknologi.
F. Ilmu Terapan dan Masalah Perkembangan Nilai
Seringkali orang tidak sepakat mengenai suatu nilai walapun nilai tersebut sudah jelas. Apabila seseorang mempertimbangkan tanggapan-tanggapan penilaian yang lain yang dibuatnya mengenai barang sesuatu atau tindakan maka pasti akan dijumpai semacam keadaan, perangkat, sikap atau kecenderungan untuk setuju atau menentang.
Nilai bukanlah sesuatu yang dicari untuk ditemukan. Nilai bukanlah suatu kata benda atau kata sifat. Masalah nilai berpusat pada perbuatan memberi nilai. Dalam Theory of Valuation, Dewey mengatakan bahwa pemberian nilai menyangkut perasaan dan keinginan. Pemberian nilai juga menyangkut tindakan akal untuk menghubungkan sarana dan tujuan.
BAB III
PENUTUP
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Dalam arti tertentu, jika nilai merupakan esensi yang dapat ditangkap secara langsung, maka sudah pasti hubungan antara nilai dengan eksistensi merupakan bahan yang sesuai benar bagi proses pemberian tanggapan dan memberikan sumbangan untuk memahami secara mendalam masalah-masalah yang berhubungan dengan nilai.

Dipublikasi di PAI | Meninggalkan komentar

CARA MEMELIHARA JENAZAH

Mandi mayat
Mayat dibasuh (dimandikan), fakta utama untuk langkah ini adalah untuk menyucikan mayat secara fisikal. Cara, jenis dan aksesori digunakan untuk mandian mayat mungkin berbeza dari satu masa ke masa dan dari satu tempat ke satu tempat.
Kafan
Mayat dibalut dengan kain sederhana. Kain ini digelar ‘kafan’ dan proses pembalutan mayat menggunakan kain kafan adalah digelar ‘takfeen’. Fakta utama dalam langkah ini adalah untuk memelihara kehormatan dalam proses membalut mayat menggunakan kain supaya bahagian sulitnya tidak dapat dilihat oleh orang lain.
SOLAT JENAZAH
Kaum muslimin masyarakat berkumpul untuk menawarkan doa kolektif mereka untuk pengampunan orang mati. doa ini telah umum disebut sebagai doa Janazah

Pengebumian
Tanah Perkuburan Islam Sarajevo, Bosnia Herzegovina

Almarhum kemudian diambil untuk pemakaman (al-Dafin). Gaya kubur dan penguburan dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat karena metodologi yang berbeda sekitar proses pemakaman. Direktif Islam terbatas pada penguburan hormat di dalam tanah.
Berkabung

yang Loved dan sanak saudara adalah untuk mengamati masa berkabung 3 hari [11]. Mourning diamati dalam Islam dengan pengabdian meningkat, menerima pengunjung dan belasungkawa, dan menghindari pakaian dekoratif dan perhiasan. Janda amati masa berkabung diperpanjang (iddah), 4 bulan dan 10 hari yang panjang [12], sesuai dengan Templat: Quran-usc-range. Selama waktu itu, janda tidak menikah lagi, pindah dari rumahnya, atau memakai pakaian atau perhiasan dekoratif.

Shalat Jenazah
penulis Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husen Al-Atsariyyah
Sakinah Wanita dlm Sorotan 30 – Januari – 2006 23:26:25
Bahasan selanjut setelah tatacara memandikan jenazah adl shalat jenazah. Barangkali sebagian kita telah berulang kali mengamalkannya.
Namun kajian ini insya Allah tetap memiliki nuansa lain krn kita diajak utk menyelami dalil-dalilnya.
Purna sudah tugas memandikan dan mengafani jenazah. Yang tertinggal sekarang adl menshalati mengantarkan ke pekuburan dan memakamkannya. Untuk mengantarkan ke pekuburan dan memakamkan merupakan tugas laki2 krn Rasulullah n
telah melarang wanita utk mengikuti jenazah sebagaimana diberitakan Ummu ‘Athiyyah x
:
كُنَّا نُنْهَى عَنِ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ، وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا
“Kami dilarang utk mengikuti jenazah namun tdk ditekankan terhadap kami.”1
Al-Imam Ibnul Daqiqil ‘Ied v
berkata:“Hadits ini mengandung dalil dibenci wanita mengikuti jenazah namun tdk sampai pada keharaman. Demikian yg dipahami dari ucapan Ummu ‘Athiyyah x
:
وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا
krn ‘azimah menunjukkan ta`kid .”
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani v
berkata: “Seakan-akan Ummu ‘Athiyyah x
hendak menyatakan bahwa: ‘Beliau n
benci bila kami mengikuti jenazah namun beliau tdk mengharamkannya’.” Al-Qurthubi v
berkata: “Yang tampak dari konteks ucapan Ummu ‘Athiyyah x
adl larangan tersebut merupakan nahi tanzih . Demikian pendapat jumhur ahlul ilmi2.” .
Sementara ulama Madinah membolehkan termasuk Al-Imam Malik v
namun utk wanita yg masih muda/ remaja beliau memakruhkannya.”
Dengan demikian keutamaan mengikuti jenazah seperti ditunjukkan dlm hadits Abu Hurairah z
3 hanya berlaku utk lelaki secara khusus .
Shalat Jenazah
Menshalati jenazah seorang muslim hukum fardhu/ wajib kifayah4 krn ada perintah Nabi n
dalam beberapa hadits. Di antara hadits Abu Qatadah z
ia menceritakan:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِرَجُلٍ مِنَ اْلأَنْصَارِ لِيُصَلِّيَ عَلَيْهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلُّوْا عَلى صَاحِبِكُمْ، فَإِنََّ عَلَيْهِ دَيْنًا. قَالَ أَبُوْ قَتَادَةَ: هُوَ عَلَيَّ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بِالْوَفَاءِ؟ قَالَ: بِالْوَفاَءِ. فَصَلَّى عَلَيْهِ
Didatangkan jenazah seorang lelaki dari kalangan Anshar di hadapan Rasulullah n
agar beliau menshalati ternyata beliau n
bersabda: “Shalatilah teman kalian ini krn ia meninggal dgn menanggung hutang.” Mendengar hal itu berkatalah Abu Qatadah: “Hutang itu menjadi tanggunganku.” Nabi n
bersabda: “Janji ini akan disertai dgn penunaian?”. “Janji ini akan disertai dgn penunaian“ jawab Abu Qatadah. mk Nabi pun menshalatinya.”5
Dikecualikan dlm hal ini dua jenis jenazah yg tdk wajib dishalati yaitu:
1. Anak kecil yg belum baligh krn Nabi n
tak menshalati putra beliau Ibrahim ketika wafat sebagaimana diberitakan ‘Aisyah x
:
مَاتَ إِبْرَاهِيْمُ ابْنُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ ابْنُ ثَمَانِيَةَ عَشْرَ شَهْرًا، فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Ibrahim putra Nabi n
meninggal dunia dlm usia 18 bulan beliau n tdk menshalatinya.”6
2. Orang yg gugur fi sabilillah krn Nabi n
tak menshalati syuhada perang Uhud dan selain mereka. Anas bin Malik z
mengabarkan:
أَنَّ شُهَدَاءَ أُحُدٍ لَمْ يُغَسَّلُوْا، وَدُفِنُوا بِدِمَائِهِمْ، وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِمْ غَيْرُ حَمْزَةُ
“Syuhada perang Uhud tdk dimandikan dan mereka dimakamkan dgn darah-darah mereka juga tdk dishalati kecuali jenazah Hamzah.”7
Kedua golongan di atas kalaupun hendak dishalati mk tdk menjadi masalah bahkan hal ini disyariatkan. Namun pensyariatan tidaklah wajib. Kenapa kita katakan hal ini disyariatkan? Karena Nabi n
pernah pula menshalati jenazah anak kecil seperti tersebut dlm hadits Aisyah x
:
أُتِيَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَبِيٍّ مِنْ صِبْيَانِ الأَنْصَارِ، فَصَلَّى عَلَيْهِ
“Didatangkan kepada Rasulullah n
jenazah anak kecil dari kalangan Anshar beliau pun menshalatinya…”8
Sebagaimana Nabi n
pernah menshalati jenazah seorang A‘rabi yg gugur di medan jihad. Syaddad ibnul Haad berkisah:
“Seorang lelaki dari kalangan A‘rabi datang menemui Nabi n
. Ia pun beriman dan mengikuti beliau. Kemudian ia berkata: “Aku berhijrah bersamamu.” Nabi n
berpesan kepada beberapa shahabat utk memperhatikan A‘rabi ini. Ketika perang Khaibar Nabi n
mendapatkan ghanimah beliau membagi dan memberikan bagian kepada A‘rabi tersebut dgn menyerahkan lewat sebagian shahabat beliau. Saat itu si A‘rabi ini sedang menggembalakan tunggangan mereka. Ketika ia kembali mereka menyerahkan bagian ghanimah tersebut kepadanya.
“Apa ini ?” ta A’rabi tersebut.
“Bagian yg diberikan Nabi n
untukmu” jawab mereka.
A‘rabi ini mengambil harta tersebut lalu membawa ke hadapan Nabi n
seraya bertanya: “Harta apa ini?”
“Aku membagi untukmu” sabda Nabi n
.
“Bukan utk ini aku mengikutimu akan tetapi aku mengikutimu agar aku dipanah di sini – ia memberi isyarat ke tenggorokannya– hingga aku mati lalu masuk surga” kata A’rabi.
Nabi n
bersabda: “Bila engkau jujur terhadap Allah niscaya Dia akan menepatimu.”
Mereka tinggal sejenak. Setelah mereka bangkit utk memerangi musuh Ia dibopong ke hadapan Nabi n
setelah sebelum ia terkena panah pada bagian tubuh yg telah diisyaratkannya.
“Apakah ini A’rabi itu?” ta Nabi n
.
“Ya“ jawab mereka yg ditanya.
“Dia jujur kepada Allah mk Allah pun menepati keinginannya” kata Nabi n
. Kemudian Nabi n
mengafani dgn jubah beliau. Setelah beliau meletakkan di hadapan beliau utk dishalati. Di antara doa Nabi n
dalam shalat jenazah tersebut: “Ya Allah inilah hamba-Mu dia keluar dari negeri utk berhijrah di jalan-Mu lalu ia terbunuh sebagai syahid aku menjadi saksi atas semua itu.”9
Ibnul Qayyim v
berkata: “Yang benar dlm masalah ini seseorang diberi pilihan antara menshalati mereka atau tdk krn masing-masing ada atsarnya. Demikian salah satu riwayat dari pendapat Al-Imam Ahmad v
. Dan pendapat inilah yg paling mencocoki ushul dan madzhabnya.”
Apakah Disyariatkan Menshalati Janin yg Gugur?
Janin yg gugur dishalati apabila telah ditiupkan ruh kepada yakni ketika telah genap usia 4 bulan.

Dipublikasi di PAI | Meninggalkan komentar

CONTOH RPP

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 1
Materi Pembelajaran : Q.S. Al-Baqarah, 2: 148 dan Surah Fātir, 35: 32
Pendekatan : Pengamalan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional,
dan fungsional
Metode : Demonstrasi, latihan, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 6 jam pelajaran (3x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan.

B. Kompetensi Dasar
1.1. Membaca Q.S. Al-Baqarah: 148 dan Fātir: 32.
1.2. Menjelaskan arti Q.S. Al-Baqarah: 148 dan Fātir: 32.
1.3. Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam Q.S. Al-Baqarah: 148 dan Fātir: 32.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
1.1.1. Mampu membaca Q.S. Al-Baqarah: 148 dan Fātir: 32 dengan baik & benar.
1.1.2. Mampu mengidentifikasi tajwid dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
1.2.1. Mampu mengartikan per kata & per ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
1.2.2. Mampu menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
1.3.1. Mampu mengidentifikasi dan mempraktekkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
1.3.2. Mampu menunjukkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.

D. Uraian Materi Pembelajaran
a. Al-Qur’an Surah Al-Baqarah, 2: 148 tentang anjuran berlomba dalam kebaikan.
• Bacaan dan penjelasan bacaan.
• Terjemahan per kata, per ayat, dan terjemahan ayat-ayat.
• Kesimpulan dan pengeluaran.
b. Surah Fātir, 35: 32 tentang adanya tiga kelompok umat Islam.
• Bacaan dan penjelasan bacaan.
• Terjemahan per kata, per ayat, dan terjemahan ayat-ayat.
• Kesimpulan dan penjelasan.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca dengan fasih Q.S. Al-Baqarah: 148 dan Fātir: 32.
 Mengidentifikasi tajwid dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
 Mengartikan per kata, per ayat, dan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
 Mengidentifikasi, mempraktekkan, dan menunjukkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
 Mengerjakan soal-soal latihan materi pembelajaran Bab 1 dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
 Mengikuti ulangan harian dari Bab 1.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: Al-Qur’an dan terjemahnya
2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5-10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test)
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Membaca dengan fasih, benar, dan baik sesuai dengan tajwid Q.S. Al-Baqarah: 148 dan Fātir: 32.
2. Mengartikan secara per kata, per ayat, dan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
3. Tanya jawab dan diskusi tentang kandungan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
4. Menjelaskan perilaku manusia yang sesuai dengan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran Bab 1.
2. Menyampaikan soal-soal tes akhir (post test)
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 1 pada buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian proses belajar melalui observasi dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas membaca Al-Qur’an, soal-soal latihan Bab 1, dan ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007
Mengetahui, Guru mata pelajaran
Kepala SMA

(___________) (________________)
NIP: NIP:
Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 1
Materi Pembelajaran : Al-Qur’an Surah Al-Isrā’, 17: 26–27 & Surah Al-Baqarah, 2: 177
Pendekatan : Pengamalan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional,
dan fungsional
Metode : Demonstrasi, latihan, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 6 jam pelajaran (3x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang perintah menyantuni kaum duafa.

B. Kompetensi Dasar
2.1. Membaca Q.S. Al-Isrā’: 26–27 dan Surah Al-Baqarah: 177.
2.2. Menjelaskan arti Q.S. Al-Isrā’: 26–27 dan Surah Al-Baqarah: 177.
2.3. Menampilkan perilaku menyantuni kaum duafa seperti kandungan Q.S. Al-Isrā’: 26–27 dan Surah Al-Baqarah: 177.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
2.1.1. Mampu membaca dengan baik dan benar Q.S. Al-Isrā’: 26–27 dan Surah Al-Baqarah: 177.
2.1.2. Mampu mengidentifikasi tajwid dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
2.2.1. Mampu mengartikan per kata dan per ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
2.2.2. Mampu menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
2.3.1. Mampu mengidentifikasi dan mempraktekkan perilaku menyantuni kaum duafa.
2.3.2. Mampu menunjukkan perilaku menyantuni kaum duafa seperti yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Q.S. Al-Isrā’: 26–27 dan Surah Al-Baqarah: 177.
Uraian materi pokok:
a. Surah Al-Isrā’: 26–27 tentang anjuran membantu kaum duafa.
• Bacaan dan penjelasan bacaan.
• Terjemahan harfiah dan terjemahan ayat.
• Kesimpulan dan penjelasan.

b. Surah Al-Baqarah: 177 tentang anjuran menyantuni kaum duafa.
• Bacaan dan penjelasan bacaan.
• Terjemahan harfiah dan terjemahan ayat.
• Kesimpulan dan penjelasan.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca dengan fasih Q.S. Al-Isrā’: 26–27 dan Surah Al-Baqarah: 177.
 Mengidentifikasi tajwid dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
 Mengartikan per kata, per ayat, dan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
 Mengidentifikasi, mempraktekkan, dan menunjukkan perilaku berkompetisi dalam berbuat kebaikan seperti yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
 Mengerjakan soal-soal latihan materi pelajaran Bab 2.
 Mengikuti ulangan harian dari materi pelajaran Bab 2.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahan
– OHP dan lingkungan sekitar

2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5-10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.

b. Kegiatan Inti
1. Membaca dengan fasih, benar, dan baik sesuai dengan tajwid Q.S. Al-Isrā’: 26–27 dan Surah Al-Baqarah: 177.
2. Mengartikan secara per kata, per ayat, dan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
3. Tanya jawab dan diskusi tentang kandungan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
4. Menjelaskan perilaku manusia yang sesuai dengan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut, yaitu menyantuni kaum duafa.

c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran Bab 2.
2. Menyampaikan soal-soal tes akhir (pre test).
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 2, yang terdapat dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian poses belajar melalui observasi dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas membaca Al-Qur’an, soal-soal latihan Bab 2, dan ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007
Mengetahui, Guru mata pelajaran
Kepala SMA

(___________) (________________)
NIP: NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 1
Materi Pembelajaran : Iman kepada Rasul-rasul Allah
Pendekatan : Keimanan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional,
dan fungsional
Metode : Ceramah, latihan, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 4 jam pelajaran (2x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah.

B. Kompetensi Dasar
3.1. Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.2. Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.3. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
3.1.1. Mampu menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.1.2. Mampu mengidentifikasi tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.2.1. Mampu menjelaskan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.2.2. Mampu mengidentifikasi contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.3.1. Mampu menunjukkan perilaku yang mencerminkan beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3.3.2. Mampu meneladani sifat mulia Rasul-rasul Allah SWT.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Iman kepada Rasul-rasul Allah.
Uraian materi pokok:
1. Pengertian iman kepada Rasul-rasul Allah.
2. Tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
3. Contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca materi pembelajaran iman kepada Rasul-rasul Allah dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
 Diskusi kelompok tentang tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
 Mempresentasikan hasil diskusi tentang tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
 Mendiskusikan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
 Mempresentasikan hasil dari diskusi tentang contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah dan mengidentifikasikannya.
 Mengidentifikasi dan mempraktekkan perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
 Meneladani sikap dan perilaku mulia Rasul-rasul Allah.
 Mengerjakan soal-soal latihan materi pembelajaran Bab 3.
 Mengikuti kegiatan ulangan harian Bab 3.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahan
– OHP dan lingkungan sekitar

2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5-10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.

b. Kegiatan Inti
1. Membaca, diskusi, dan tanya jawab tentang materi pembelajaran Bab 3 dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
2. Menjelaskan pengertian iman kepada para Rasul.
3. Diskusi dan tanya jawab tentang tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
4. Diskusi dan tanya jawab tentang contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
5. Mengidentifikasikan, mempraktekkan, dan meneladani sikap perilaku mulia Rasul-rasul Allah.

c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir (post test).
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 3 dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian poses belajar melalui pengamatan, observasi, tanya jawab, dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas individu untuk mengerjakan soal-soal latihan Bab 3 dan mengikuti ulangan harian Bab 3.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 1
Materi Pembelajaran : Perilaku Terpuji
Pendekatan : Pengamalan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional,
dan fungsional
Metode : Ceramah, latihan, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 6 jam pelajaran (3x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Membiasakan berperilaku terpuji.

B. Kompetensi Dasar
4.1. Menjelaskan pengertian tobat dan raja’.
4.2. Menampilkan contoh-contoh perilaku tobat dan raja’.
4.3. Membiasakan perilaku bertobat dan raja’ dalam kehidupan sehari-hari.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
4.1.1. Mampu menjelaskan pengertian tobat.
4.1.2. Mampu menjelaskan pengertian raja’.
4.2.1. Mampu menunjukkan contoh-contoh perilaku tobat.
4.2.2. Mampu menunjukkan contoh-contoh perilaku raja’.
4.3.1. Terbiasa berperilaku tobat dan raja’ dalam kehidupan sehari-hari.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Berperilaku Terpuji.
Uraian materi pokok:
1. Tobat
• Pengertian tobat, hukum, dan alasan hukumnya.
• Contoh-contoh perilaku tobat.
• Syarat-syarat tobat.
• Membiasakan diri berperilaku tobat.
2. Raja’
• Pengertian raja’.
• Contoh-contoh perilaku raja’.
• Membiasakan berperilaku raja’.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca buku sumber tentang tobat dan raja’, yaitu buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI Bab 4, Penerbit Erlangga.
 Mendiskusikan pengertian tobat dan raja’ serta mempresentasikannya.
 Mempraktekkan dan menunjukkan contoh-contoh perilaku tobat dan raja’.
 Membiasakan berperilaku tobat dan raja’.
 Mengerjakan soal-soal latihan materi pembelajaran Bab 4 dan mengikuti ulangan harian.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahnya
– OHP dan lingkungan sekitar
2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5-10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Membaca, mendiskusikan, dan tanya jawab tentang materi pembelajaran dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI Bab 4, Penerbit Erlangga.
2. Diskusi dan tanya jawab tentang pengertian tobat dan raja’ serta mempresentasikannya.
3. Memberikan contoh-contoh perilaku tobat dan raja’ serta mempraktikkannya.
4. Membiasakan berperilaku tobat dan raja’.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir (post test).
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 4.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian poses belajar melalui pengamatan, observasi, tanya jawab, tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas individu untuk mengerjakan soal-soal latihan Bab 4 dan ulangan harian Bab 4.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 1
Materi Pembelajaran : Hukum Islam tentang Muamalah
Pendekatan : Pengamalan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional,
dan fungsional
Metode : Ceramah, latihan, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 4 jam pelajaran (2x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Memahami hukum Islam tentang muamalah.

B. Kompetensi Dasar
5.1. Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam.
5.2. Memberikan contoh transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5.3. Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
5.1.1. Mampu menjelaskan pengertian muamalah dan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam.
5.1.2. Mampu menjelaskan prinsip dasar (asas-asas) yang ditetapkan syara’.
5.2.1. Mampu memberikan contoh-contoh transaksi ekonomi dalam Islam dan mempraktekkannya.
5.3.1. Mampu menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam: jual beli, simpan pinjam, ijarah, dan kerja sama ekonomi dalam Islam.
5.3.2. Mampu menjelaskan hikmah penerapan transaksi ekonomi Islam dalam jual beli, simpan pinjam, ijarah, dan kerja sama ekonomi dalam Islam.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Hukum Islam tentang Muamalah.
Uraian materi pokok:
1. Pengertian muamalah.
2. Asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam.
3. Penerapan transaksi ekonomi Islam dalam 1) jual beli, 2) simpan pinjam, 3) ijarah, 4) kerja sama ekonomi Islam yaitu syirkah, mudarabah, muzara’ah, mukhabarah, musaqah, sistem perbankan yang islami, dan sistem asuransi yang islami.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca buku sumber tentang hukum Islam tentang muamalah dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
 Mendiskusikan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam dan mempresentasikan hasil diskusi tersebut.
 Mendiskusikan contoh-contoh transaksi ekonomi dalam Islam kemudian melakukan simulasi.
 Mendiskusikan tentang penerapan transaksi ekonomi Islam dalam jual beli, simpan pinjam, ijarah, dan kerja sama ekonomi dalam Islam.
 Mengerjakan soal-soal latihan materi Bab 5 dan mengikuti ulangan harian.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahnya
– OHP dan lingkungan sekitar
2. Sumber bahan: Buku Pend. Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5-10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Membaca, diskusi, dan tanya jawab tentang materi pembelajaran dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI Bab 5, Penerbit Erlangga.
2. Diskusi dan tanya jawab tentang contoh-contoh transaksi ekonomi Islam.
3. Diskusi dan tanya jawab tentang contoh-contoh transaksi ekonomi Islam.
4. Diskusi dan tanya jawab tentang penerapan transaksi ekonomi Islam.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir (post test).
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 5.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian proses belajar melalui pengamatan, observasi, tanya jawab, dan pemberian tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas individu untuk mengerjakan soal-soal latihan Bab 5 dan ulangan harian Bab 5.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 1
Materi Pembelajaran : Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan
Pendekatan : Peradaban, rasional, emosional, dan fungsional
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 4 jam pelajaran (2x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Memahami perkembangan Islam pada Abad Pertengahan

B. Kompetensi Dasar
6.1. Menjelaskan perkembangan Islam pada Abad Pertengahan.
6.2. Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada Abad Pertengahan

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
6.1.1 Mampu menjelaskan perkembangan ajaran Islam, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan pada Abad Pertengahan.
6.1.2 Mampu menjelaskan manfaat dari sejarah perkembangan Islam pada Abad Pertengahan.
6.1.3 Mampu menyebutkan beberapa contoh peristiwa perkembangan Islam pada Abad Pertengahan.
6.2.1. Mampu menjelaskan beberapa contoh peristiwa perkembangan Islam pada Abad Pertengahan.
6.2.2. Mampu menjelaskan manfaat dari contoh peristiwa perkembangan Islam pada Abad Pertengahan.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan
Uraian materi pokok:
1. Sekilas tentang dunia Islam pada Abad Pertengahan.
2. Perkembangan ajaran Islam pada Abad Pertengahan.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan pada Abad Pertengahan.
4. Perkembangan kebudayaan Islam pada Abad Pertengahan.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca buku sumber tentang materi pembelajaran Bab 6 yaitu buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
 Diskusi dan tanya jawab tentang keadaan dunia Islam pada Abad Pertengahan.
 Diskusi dan tanya jawab tentang perkembangan ajaran Islam, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan pada Abad Pertengahan.
 Diskusi dan tanya jawab manfaat perkembangan Islam pada Abad Pertengahan.
 Mengerjakan soal-soal latihan Bab 6 dan mengikuti ulangan harian Bab 6.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahnya
– OHP dan lingkungan sekitar
2. Sumber bahan: Buku Pend. Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5-10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar
b. Kegiatan Inti
1. Membaca sumber tentang Bab 6.
2. Diskusi dan tanya jawab tentang perkembangan ajaran Islam, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan pada Abad Pertengahan.
3. Diskusi dan tanya jawab tentang keadaan dunia Islam pada Abad Pertengahan.
4. Diskusi dan tanya jawab tentang contoh-contoh peristiwa perkembangan Islam pada Abad Pertengahan.
5. Diskusi dan tanya jawab tentang manfaat perkembangan Islam pada Abad Pertengahan.
6. Mengerjakan soal-soal latihan materi Bab 6 dan ulangan harian Bab 6.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir (post test).
3. Pemberian tugas soal-soal latihan Bab 6.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian poses belajar melalui pengamatan, observasi, tanya jawab, dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas individu untuk mengerjakan soal-soal latihan Bab 6 dan ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 2
Materi Pembelajaran : Al-Qur’an Surah Ar-Rūm, 30: 41–42, Surah Al-‘Araf, 7: 56–58, dan Surah Sād, 38: 27.
Pendekatan : Pengamalan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional, dan fungsional
Metode : Demonstrasi, latihan, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 6 jam pelajaran (3x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang perintah menjaga kelestraian lingkungan hidup.

B. Kompetensi Dasar
7.1. Membaca Q.S. Ar-Rūm: 41–42, Surah Al-‘Araf: 56–58, dan Surah Sād: 27.
7.2. Menjelaskan arti dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
7.3. Membiasakan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup seperti terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
7.1.1. Mampu membaca dengan benar dan baik Q.S. Ar-Rūm: 41–42, Surah Al-‘Araf: 56–58, dan Surah Sād: 27.
7.1.2. Mampu mengidentifikasi tajwid dengan benar dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
7.2.1. Mampu mengertikan per kata, per ayat, dan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
7.3.1. Mampu mengidentifikasi, mempraktekkan, dan menujukkan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Al-Qur’an Surah Ar-Rūm: 41–42, Surah Al-‘Araf: 56–58, dan Surah Sād: 27.
Uraian materi pokok:
1. Surah Ar-Rūm: 41-42 tentang larangan berbuat kerusakan di bumi.
• Bacaan dan penjelasan bacaan.
• Terjemahan harfiah dan terjemahan ayat.
• Kesimpulan dan penjelasan.
2. Surah Al-‘Araf: 56–58 tentang larangan berbuat kerusakan di bumi.
• Bacaan dan penjelasan bacaan.
• Terjemah harfiah dan terjemahan ayat.
• Kesimpulan dan penjelasan.

3. Surah Sād: 27 tantang keburukan kaum yang berbuat kerusakan di bumi.
• Bacaan dan penjelasan bacaan.
• Terjemah harfiah dan terjemahan ayat.
• Kesimpulan dan penjelasan.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca dengan fasih Ar-Rūm: 41–42, Surah Al-‘Araf: 56–58, dan Surah Sād: 27.
 Mengidentifikasi tajwid dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
 Mengartikan per kata, per ayat, dan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
 Mengidentifikasi, mempraktekkan, dan menunjukkan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup.
 Mengerjakan soal-soal latihan Bab 7 dan mengikuti Bab 7.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahnya
– OHP dan lingkungan sekitar

2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5-10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.

b. Kegiatan Inti
1. Membaca dengan fasih Q.S. Ar-Rūm: 41–42, Surah Al-‘Araf: 56–58, dan Surah Sād: 27.
2. Mengidentifikasi tajwid dari ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
3. Mengartikan per kata, per ayat, dan menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
4. Mengidentifikasi, mempraktekkan, dan menunjukkan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup.

c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir.
3. pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 7.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian poses belajar melalui pengamatan, observasi, tanya jawab, dan tugas.
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Penyampaian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 7 dan ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 2
Materi Pembelajaran : Iman kepada Kitab-kitab Allah
Pendekatan : Keimanan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional, dan fungsional
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 6 jam pelajaran (3x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah.

B. Kompetensi Dasar
8.1. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap kitab-kitab Allah.
8.2. Menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
8.1.1. Mampu menjelaskan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah.
8.1.2. Mampu menunjukkan perilaku beriman kepada kitab-kitab Allah.
8.2.1. Mampu menjelaskan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah.
8.2.2. Mampu menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Iman kepada Kitab-kitab Allah.
Uraian materi pokok:
1. Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah.
2. Sikap perilaku beriman kepada kitab-kitab Allah.
3. Hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca materi pembelajaran Bab 8 (Iman kepada Kitab-kitab Allah) dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
 Mendiskusikan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah.
 Mempraktekkan perilaku beriman kepada kitab-kitab Allah.
 Mendiskusikan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 Mengerjakan soal-soal latihan Bab 8 dan mengikuti ulangan harian Bab 8.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahnya
– OHP dan lingkungan sekitar
2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5–10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan soal-soal tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Membaca materi pembelajaran “Iman kepada Kitab-kitab Allah” dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
2. Diskusi dan tanya jawab tentang pengertian iman kepada kitab-kitab Allah.
3. Diskusi dan tanya jawab tentang contoh-contoh perilaku beriman kepada kitab-kitab Allah.
4. Mendiskusikan hikmah-hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir (post test).
3. Pemberian tugas untuk mengerjakan soal-soal latihan Bab 8.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penialain proses belajar melalui observasi, tanya jawab, dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 8 dan ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 2
Materi Pembelajaran : Perilaku Terpuji
Pendekatan : Pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional, dan
fungsional
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 4 jam pelajaran (2x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Membiasakan perilaku terpuji.

B. Kompetensi Dasar
9.1. Menjelaskan pengertian dan maksud perilaku menghargai karya orang lain.
9.2. Menampilkan contoh perilaku menghargai karya orang lain.
9.3. Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
9.1.1. Mampu menjelaskan pengertian dan maksud perilaku menghargai menghargai karya orang lain.
9.1.2. Mampu menghargai karya orang lain.
9.2.1. Mampu menampilkan beberapa contoh perilaku menghargai karya orang lain.
9.2.2. Mampu menunjukkan contoh perilaku menghargai karya orang lain.
9.3.1. Mampu menunjukkan perilaku menghargai karya orang lain.
9.3.2. Mampu membiasakan perilaku menghargai karya orang lain.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Berperilaku Terpuji.
Uraian materi pokok:
1. Etika Islam dalam berkarya dan tujuannya.
2. Maksud perilaku mengahrgai karya orang lain.
3. Sikap menghargai hasil karya orang lain.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca materi pembelajaran Bab 9 Perilaku Terpuji dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
 Mendiskusikan pengertian dan maksud perilaku menghargai karya orang lain dalam diskusi kelompok, kemudian mempresentasikan hasilnya.
 Mempraktekkan dan menunjukkan contoh-contoh perilaku menghargai karya orang lain.
 Menunjukkan perilaku menghargai karya orang lain dan menjadikannya sebagai kebiasaan.
 Mengerjakan soal-soal latihan Bab 9 dan mengikuti ulangan harian.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahnya
– OHP dan lingkungan sekitar
2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5–10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Membaca materi pembelajaran Bab 9 Perilaku Terpuji dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
2. Diskusi tentang maksud perilaku menghargai karya orang lain, kemudian mempraktekkannya.
3. Diskusi dan tanya jawab tentang contoh-contoh perilaku menghargai karya orang lain dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir (post test).
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 9

H. Penilaian.
a. Prosedur
1. Penilaian proses belajar melalui observasi, tanya jawab, dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas individu untuk mengerjakan soal-soal latihan Bab 9 dan ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.
c.
Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:
Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 2
Materi Pembelajaran : Perilaku Tercela
Pendekatan : Pengamalan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional, dan fungsional
Metode : Ceramah, diskusi, dan pemberian tugas
Waktu : 4 jam pelajaran (2x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Menghindari perilaku tercela.

B. Kompetensi Dasar
10.1. Menjelaskan pengertian dosa besar.
10.2. Menyebutkan contoh-contoh perbuatan dosa besar.
10.3. Menghindari perbuatan dosa-dosa besar dalam kehidupan sehari-hari

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
10.1.1. Mampu menjelaskan pengertian dosa besar dan pengertian dosa besar.
10.2.1. Mampu menyebutkan contoh-contoh perbuatan dosa besar.
10.2.2. Mampu menyebutkan ciri-ciri perbuatan dosa besar.
10.3.1. Mampu menjelaskan cara-cara menghindari perbuatan dosa besar.
10.3.2. Mampu menghindarkan diri dari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-hari.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Perilaku Tercela
Uraian materi pokok:
1. Pengertian dosa dan dosa besar.
2. Contoh-contoh perbuatan dosa besar.
3. Menghindari perbuatan dosa besar.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca materi pembelajaran Bab 10 Perilaku Tercela dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
 Mendiskusikan dan menjelaskan pengertian dosa dan dosa besar.
 Mendiskusikan dan menjelaskan contoh-contoh perbuatan dosa besar.
 Mendiskusikan dan menyebutkan ciri-ciri perbuatan dosa besar.
 Mendiskusikan dan menjelaskan cara-cara menghindarkan diri dari dosa besar dan mempraktekkannya.
 Mengerjakan soal-soal latihan Bab 10 dan mengikuti ulangan harian.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahnya
– OHP dan lingkungan sekitar.
2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI Bab 10, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5–10 menit).
2. Apersepsi dan motovasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Membaca materi pembelajaran Bab 10 dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
2. Mendiskusikan dan menjelaskan pengertian dosa dan dosa besar.
3. Mendiskusikan dan menjelaskan contoh-contoh perbuatan dosa besar dan menyebutkan ciri-cirinya.
4. Mendiskusikan dan menjelaskan cara-cara menghindarkan diri dari dosa besar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. memberikan tes akhir (pre test).
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 10.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian proses belajar melalui observasi, tanya jawab, dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 10 dan ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 2
Materi Pembelajaran : Perawatan Jenazah
Pendekatan : Pengamalan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional, dan fungsional
Metode : Ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 6 jam pelajaran (3x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Memahami ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah.

B. Kompetensi Dasar
11.1. Menjelaskan tata cara pengurusan jenazah.
11.2. Memperagakan tata cara pengurusan jenazah.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
11.1.1 Mampu menjelaskan tata cara memandikan jenazah.
11.1.2 Mampu menjelaskan tata cara mengkafani jenazah.
11.1.3 Mampu menjelaskan tata cara menyalatkan jenazah.
11.1.4 Mampu menjelaskan tata cara menguburkan jenazah.
11.2.1. Mampu menjelaskan tata cara memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Perawatan Jenazah
Uraian materi pokok:
1. Takziah dan ziarah kubur.
2. Perawatan jenazah
• Memandikan jenazah
• Mengkafani jenazah
• Menyalatkan jenazah
• Menguburkan jenazah

E. Pengalaman Belajar
 Membaca materi pembelajaran Bab 11 Perawatan Jenazah dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
 Menjelaskan masalah takziah dan ziarah kubur sesuai dengan ketentuan syara’.
 Mendiskusikan dan menjelaskan tata cara memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah.
 Mengerjakan soal-soal latihan Bab 11 dan mengikuti ulangan harian.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Alat peraga untuk memandikanbdan mengkafani jenazah: boneka,
ember, air, dan kain kafan.
– OHP dan lingkungan sekitar.
2. Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI Bab 11, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5–10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan soal-soal tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Membaca materi pembelajaran Bab 11 Perawatan Jenazah dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
2. Menjelaskan takziah dan ziarah kubur menurut ajaran Islam, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mendiskusikan dan menjelaskan tentang tata cara memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah.
4. Memperagakan dan mempraktekkan tata cara memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir (post test).
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 11 dalam buku Pendidikan Agama Islam Kelas XI, Peberbit Erlangga.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian proses belajar melaui observasi, tenya jawab, dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas individu untuk mengerjakan soal-soal latihan Bab 11 dan mengikuti ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 2
Materi Pembelajaran : Khotbah, Tablig, dan Dakwah
Pendekatan : Pengamalan, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional, dan fungsional
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 6 jam pelajaran (3x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Memahami khotbah, tablig, dan dakwah.

B. Kompetensi Dasar
12.1. Menjelaskan pengertian khotbah, tablig, dan dakwah.
12.2. Menjelaskan tata cara khotbah, tablig, dan dakwah.
12.3. Menerapkan khotbah, tablig, dan dakwah.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
12.1.1. Mampu menjelaskan pengertian khotbah.
12.1.2. Mampu menjelaskan pengertian tablig dan dakwah.
12.2.1. Mampu menjelaskan tata cara khotbah yang benar dan baik.
12.2.2. Mampu menjelaskan tata cara tablig dan dakwah yang benar dan baik.
12.3.1. Mampu menyusun teks khotbah dan dakwah.
12.3.2. Mampu memperagakan khotbah, tablig, dan dakwah.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Khotbah, Tablig, dan Dakwah.
Uraian materi pokok:
1. Pengertian khotbah, tablig, dan dakwah.
2. Ketentuan khotbah, tablig, dan dakwah.
• Ketentuan khotbah Jumat.
• Ketentuan tablig dan dakwah.
• Perbedaan khotbah, tablig, dan dakwah.
• Cara menyusun teks khotbah Jumat dan dakwah.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca materi pembelajaran dalam buku Pendidikan Agama Islam Kelas XI Bab 12, Penerbit Erlangga.
 Mendiskusikan dan menjelaskan pengertian khotbah, tablig, dan dakwah.
 Mendiskusikan dan menjelaskan tata cara khotbah, tablig, dan dakwah.
 Menyusun teks khotbah, tablig, dan dakwah.
 Memperagakan khotbah, tablig, dan dakwah.
 Mengerjakan soal-soal latihan Bab 12 dan mengikuti ulangan harian.
F. Media Pembelajaran
1. Alat: – Al-Qur’an dan terjemahnya
– OHP dan lingkungan sekitar.
2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5–10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Membaca materi pelajaran Bab 12 Khotbah, Tablig, dan Dakwah dalam buku Pendidikan Agama Islam, Penerbit Erlangga.
2. Mendiskusikan, Tanya jawab, dan menjelaskan tentang pengertian khotbah, tablig, dan dakwah.
3. Mendiskusikan, tanya jawab, dan menjelaskan tata cara khotbah, tablig, dan dakwah.
4. Pemberian tugas kelompok menyusun teks khotbah, tablig, dan dakwah.
5. Memperagakan atau mempraktekkan khotbah, tablig, dan dakwah.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir (post test).
3. Pemberian tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 12.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian proses belajar melalui observasi, tanya jawab, dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas individu mengerjakan soal-soal latihan Bab 12 dan ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )
NIP:

Model Rencana Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : SMA kelas XI/Semester 2
Materi Pembelajaran : Perkembangan Islam pada Masa Modern
Pendekatan : Peradaban, pembinaan dan pembiasaan, rasional, emosional, dan fungsional
Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas
Waktu : 4 jam pelajaran (2x pertemuan)

A. Standar Kompetensi
Memahami perkembangan Islam pada Masa Modern (1800–sekarang).

B. Kompetensi Dasar
13.1. Menjelaskan perkembangan Islam pada Masa Modern
13.2. Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada Masa Modern.

C. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
13.1.1. Mampu menjelaskan perkembangan ajaran Islam, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan pada Masa Modern.
13.1.2. Mampu menjelaskan manfaat dari sejarah perkembangan Islam pada Masa Modern.
13.2.1. Mampu menyebutkan beberapa contoh peristiwa perkembangan Islam pada Masa Modern.
13.2.2. Mampu menjelaskan manfaat dari contoh peristiwa perkembangan Islam pada Masa Modern.

D. Uraian Materi Pembelajaran
Materi pokok: Perkembangan Islam pada Masa Modern
Uraian materi pokok:
1. Sekilas tentang dunia Islam pada Masa Modern.
2. Perkembangan ajaran Islam pada Masa Modern.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan pada Masa Modern.
4. Perkembangan kebudayaan Islam pada Masa Modern.
5. Hikmah mempelajari perkembangan Islam pada Masa Modern.

E. Pengalaman Belajar
 Membaca materi pembelajaran Bab 13 Perkembangan Islam pada Masa Modern dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
 Mendiskusikan dan menjelaskan perkembangan agama Islam, ilmu pengertahuan, dan kebudayaan pada Masa Modern.
 Mendiskusikan dan menjelaskan hikmah mempelajari perkembangan Islam pada Masa Modern.
 Mengerjakan soal-soal latihan Bab 13 dan mengikuti ulangan harian.

F. Media Pembelajaran
1. Alat: Peta dunia, OHP, dan lingkungan sekitar.
2. Sumber bahan: Buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.

G. Skenario Pembelajaran
a. Pendahuluan
1. Tadarus Al-Qur’an (5–10 menit).
2. Apersepsi dan motivasi belajar.
3. Menyampaikan tes awal (pre test).
4. Informasi indikator pencapaian hasil belajar.
b. Kegiatan Inti
1. Membaca materi pembelajaran Bab 13 dalam buku Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI, Penerbit Erlangga.
2. Mendiskusikan dan menjelaskan perkembangan Islam pada Masa Modern.
3. Mendiskusikan dan menjelaskan perkembangan ajaran Islam, ilmu pengertahuan, dan kebudayaan pada Masa Modern.
4. Mendiskusikan dan menjelaskan hikmah mempelajari perkembangan Islam pada Masa Modern.
c. Penutup
1. Menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Menyampaikan tes akhir (post test).
3. Pemberian tugas individu mengerjakan soal-soal latihan Bab 13.

H. Penilaian
a. Prosedur
1. Penilaian proses belajar melalui observasi, tanya jawab, dan tugas.
2. Penilaian hasil belajar melalui tugas mengerjakan soal-soal latihan Bab 13 dan ulangan harian.
b. Alat penilaian: lembar pengamatan dan soal-soal pilihan ganda dan esay.

Jakarta, 2007

Mengetahui,
Kepala SMA Guru mata pelajaran

( _____________________ )
NIP: ( _____________________ )

Dipublikasi di PAI | Meninggalkan komentar